Jasa juang masih perlu diperkokoh kembali bila pribadi masih memiliki sisa daya untuk bernafas di muka bumi. Menyita waktu untuk kepentingan kualitas diri dan bersama, memikirkan bagaimana pikiran dapat tetap komprehensif atas segala yang terjadi setiap tahunnya. Semakin canggih dunia tidak membuat pikiran menumpuk PR lebih banyak dan dalam.

Bila ratusan industri sudah mengepakkan sayapnya  di pasar dunia, intelek menyuarakan pikirannya  terhadap suatu problematika, bahkan robot Al pun sudah banyak diketahui karena kemampuannya mampu berinteraksi seperti pikiran manusia, mampu menjawab pernyataan yang disediakan oleh presenter dan dosen, Al berperan dalam dunia jurnalistik mampu menyita perhatian dunia, bagaimana  robot ini mampu menyajikan berita kelas wartawan senior atau para aktivis yang menjadi relawan dan menyediakan jasa untuk pelayanan kelompok-kelompok di dunia, lalu bagaimana dengan kualitas sekelompok yang sekedar berperan sebagai penonton?.

Menyarakan visi dan misi tidak sekedar di atas kertas saja, namun pergerakan menuju kekuatan nyata yang memang dibutuhkan sebuah proses panjang. ‘azimah benar-benar dinyatakan, keinginan yang diselaraskan dengan percobaan dan aksi untuk melakukan, tidak menyerah hingga dapat apa yang dicita-citaan. Kondisi saat ini, di tahun yang baru beranjak pada 2020 memang menuntut untuk mengasah diri jauh lebih komrehensif dari tahun sebelumnya.

Menyaksikan banyak hal yang sudah diciptakan, dipublikasikan memberikan kode terhadap diri untuk tidak sekedar menggunakan irodah untuk mengembangkan diri. Keinginan semata hanya bertahan beberapa saat setelah tergerak dari suatu pernyataan, namun pribadi yang benar-benar termotivasi akan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk maju lebih produktif, memeras otak dalam-dalam untuk betul-betul menghasilkan sesuatu yang diinginkan dalam diri.

Motivasi merupakan suatu “motive” yang menggerakkan sebuah “action” atau aksi. Kecerdasan yang dimiliki, dibutuhkan demi memajukan kesejahteraan dunia, bukan sekedar pintar di atas kertas, terdekte oleh orang lain, atasan, rekan bahkan bawahan. Pikiran yang terdekte secara total menyebaban pembekuan pikiran, sehingga seseorang yang seharusnya memiliki prinsip diri, bergerak, berinovasi, tenang dan bahagia dalam hidupnya justru berubah menjadi robot yang terkendali sesuai dengan perintah yang sebenarnya tidak dikehendaki.

Otak yang sudah tersetting didekte kebanyakan tidak merasakan bahwa apa yang terlah dilakukannya saat ini adalah bentuk kemacetan fungsi saraf sebenarnya, melakukan apa adanya, tak bergerak tanpa perintah dan kaku bila dihadapkan pada sebuah bentuk masalah yang agak berbeda. Berangkat dari sikap yang pasif, generasi harus bergerak lebih maju, memberikan peruasi, namun tetap berjalan pada garis rotasi yang benar.

Oleh: Siti Sholeha, Mahasiswi Prodi KPI