Dosen muda IDIA Prenduan, Ach. Nurholis Majid menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan meraih predikat lulusan terbaik.(30/05)

Dalam waktu 2 tahun 8 bulan, Ach. Nurholis Majid berhasil menyelesaikan studi doktoralnya dengan fokus pada disertasi bertema “Konstruksi Identitas Sekolah Islam Terpadu”. Menurutnya, tema ini dipilih karena saat ini masyarakat cenderung melihat lembaga pendidikan Islam secara seragam.
“Kondisi ini menjadi semakin kurang ideal ketika lembaga pendidikan Islam mulai mendapatkan stigma negatif. Krisis identitas lembaga pendidikan Islam menjadi salah satu faktor yang menggerogoti situasi tersebut,” ujar alumni TMI Al-Amien Prenduan tersebut.

Dalam penelitiannya, Nurholis memberikan saran agar masyarakat dapat memahami lembaga pendidikan Islam, terutama sekolah Islam, dengan pemahaman yang menyeluruh. Selanjutnya, menurutnya, sekolah-sekolah Islam seharusnya mulai membaca, mengevaluasi, membentuk, dan mengembangkan identitas mereka.

Selanjutnya, Nurholis menyatakan bahwa temuan penelitiannya juga menjelaskan tentang pentingnya integritas jiwa pendidik (ruhul mudarris). Sebuah lembaga pendidikan perlu menanamkan jiwa pendidik pada sumber daya manusia (SDM) yang ada di lembaga tersebut. Dalam hal ini, peran pengajar tidak lagi hanya sebagai karyawan atau guru biasa. Mereka memiliki peran dan tanggung jawab penuh dalam menyukseskan proses pendidikan yang telah dirancang oleh sekolah sebagai bagian dari identitasnya.

Anak dari Damanhuri dan Jauhariah ini menyatakan bahwa dia berhasil meraih predikat wisudawan terbaik berkat dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak.

“Jika kita menyebut ini sebagai keberhasilan, hal pertama yang patut diapresiasi adalah kedua orang tua saya, guru-guru, terutama para dosen di UMM. Selain itu, juga para kiai di PP Al-Amien Prenduan yang terus membimbing saya, serta istri, anak, keluarga, dan teman-teman yang mendukung proses studi saya,” ucapnya.

Sebagai seorang dosen di IDIA Prenduan, ia merasa bahwa pencapaian dalam studi doktoralnya adalah seperti sebuah mimpi. Dilahirkan dalam keluarga sederhana di sebuah pulau terpencil yang bahkan hingga sekarang belum sepenuhnya dialiri listrik, dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan memiliki kesempatan untuk belajar di tingkat pendidikan tinggi.

“Dulu di desa tempat saya tinggal, tidak ada sekolah menengah atas, mungkin ujian itu sekaligus berkah yang memungkinkan saya untuk pergi meninggalkan pulau dan belajar dengan sungguh-sungguh. Tantangan saya saat ini adalah menggunakan gelar ini dengan bertanggung jawab untuk memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat,” kata dosen berusia 36 tahun itu.
Sebagai seorang akademisi, Nurholis telah menulis banyak artikel dalam jurnal-jurnal terkemuka dan juga telah menerbitkan beberapa buku.

-Aliansi Jurnalis Muda IDIA Prenduan